Teknik Menulis di Media Online
Romeltea | Follow @romel_tea
Media online (online media, cyber media, media siber) adalah generasi baru media massa (new media) setelah media cetak dan elektronik. Media online menjadi saluran (channel) komunikasi atau publikasi karya jurnalisik online.
Media online --yaitu media yang tersaji secara online di internet, utamanya website/blog-- memiliki karakter tersendiri dibandingkan media lainnya. Teknik menulis atau gaya penulisan di media online pun berbeda dengan menulis di media ”konvensional” (media cetak), terutama dalam struktur dan format penulisan.
TEKNIK MENULIS DI MEDIA ONLINE
Berikut ini teknik dan tips menulis di media online (online writing) yang disadur dari “A Dozen Online Writing Tips” by Jonathan Dube di CyberJournalist.net.
1. KENALI AUDIENS ANDA: USER ONLINE
Kenali Pembaca Anda! Menulis di media apa pun, termasuk media online, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan pembaca. Studi menunjukkan, pembaca media online (user) cenderung membaca tulisan di web secara cepat, bahkan sekilas, “terburu-buru”, dan “tidak serius”.
Mereka juga cenderung lebih proaktif dari pembaca media cetak atau pemirsa TV dalam berburu informasi.
Tulisan Anda juga berpotensi memiliki jangkauan global. Jadi, pertimbangkan apakah Anda ingin membuatnya dimengerti user lokal, nasional, atau internasional.
2. CARA YANG BERBEDA
Pikirkan dulu dan cari yang beda. Sebelum Anda mulai melaporkan dan menulis cerita Anda, tanyalah diri Anda: Apa inti tulisan/berita yang akan saya ceritakan?
Lalu, pikirkan cara terbaik untuk menyampaikan cerita itu, apakah melalui audio, video, grafik yang bisa diklik, teks, link, dsb. –atau gabungan semuanya.
3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Reporter media cetak cenderung mencari informasi. Reporter TV mencari emosi pada kamera, ”potongan suara” (sound bites), dan gambar untuk dipadukan dengan kata-kata (narasi).
Jurnalis online harus terus-menerus memikirkan unsur-unsur yang berbeda dan bagaimana mereka saling mengisi dan melengkapi satu sama lain: Carilah kata-kata untuk dipadukan dengan gambar; audio dan video untuk dipadukan dengan kata-kata.
Ingatlah, foto-foto terlihat lebih baik di media online ketika dibidik atau di-crop secara sempit, dan streaming video lebih mudah ditonton dengan latar belakang polos dan zooming minimal.
4. TULISAN "HIDUP" DAN KETAT
Buatlah tulisan yang “hidup” dan ketat. Menulis untuk Web seharusnya merupakan persilangan antara naskah siaran dan tulisan untuk media cetak –lebih ketat dan tajam dari media cetak, tetapi lebih rinci dibandingkan naskah siaran. Tulis dalam kalimat aktif, bukan pasif.
Naskah siaran yang baik menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, kalimat sederhana, dan satu gagasan per kalimat, serta menghindari kalimat panjang.
Menggunakan konsep penulisan demikian dalam menulis secara online, membuat tulisan lebih mudah dipahami dan lebih mengundang perhatian pembaca.
Pada saat yang sama, jangan lupa bahwa aturan tradisional penulisan juga berlaku di media online.
Sayangnya, kualitas tulisan tidak konsisten di sebagian situs berita online. Tulisan yang kacau, tidak menarik, berbelit-belit, ceroboh, banyak salah ketik, tidak akan dimaafkan. Pembaca tidak akan meneruskan bacaannya dan tidak akan kembali ke Web Anda. Tidak seperti pembaca koran lokal, pembaca online memiliki banyak pilihan dan dengan mudah pindah ke situs lain.
5. JELASKAN
Jelaskan. Menyajikan berita terbaru secepat mungkin itu baik. Kecepatan itu penting di media online, tapi pembaca juga tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, namun juga mengapa hal itu terjadi.
Sajikan berita terbaru, dengan cepat, ringkas, padat, namun tetap “lengkap” sehingga pembaca memahami cerita secara lengkap pula.
6. JANGAN ABAIKAN LEAD!
Jangan lupakan Lead, teras, atau alinea pertama naskah tulisan. Buatlah ringkasan atau inti cerita. Ketika menulis untuk media online, hal sangat mendasar adalah menyampaikan kepada pembaca secara cepat inti cerita dan mengapa mereka harus meneruskan bacaan.
Lead tidak perlu mencantumkan ending atau akhir cerita, tapi hanya memberikan alasan untuk terus membaca.
Lalu, sisa cerita --garis vertikal dari huruf T-- dapat membentuk struktut apa saja: penulis dapat bercerita secara naratif; menyajikan anekdot dan diikuti dengan sisa cerita; melompat dari satu ide ke ide yang lain; atau hanya meneruskan cerita dengan model ”piramida terbalik”.
7. RINGKAS TAPI MANIS
Kebanyakan cerita online terlalu panjang/lama untuk audiens Web, dan beberapa pembaca menyelesaikannya.
Tapi jadikan itu sebagai pedoman, bukan aturan. Pembaca akan setia meneruskan bacaannya, meski tulisannya panjang, jika ada alasan menarik untuk itu dan jika isi tulisan itu terus memikat perhatian mereka.
Membuat pembaca men-scroll ke bawah sisa tulisan, umumnya lebih disukai daripada harus meng-klik halaman baru. User berita online melakukan scroll.
Studi yang dilakukan “The Poynter” menunjukkan, sekitar 75 persen teks artikel dibaca secara online --jauh lebih besar ketimbang di-print. Lagi pula, jika naskah itu mereka print dulu baru dibaca, mereka kehilangan kesempatan untuk proaktif berkomentar atau mengklik link artikel terkait.
8. BAGI-BAGI!
Pecah, bagi-bagi! Blok teks yang lebih besar membuat membaca di layar jadi sulit dan Anda lebih mungkin untuk kehilangan pembaca. Menggunakan subjudul dan pointer (bullets/numbering) untuk memisahkan teks dan ide-ide sangat membantu.
Tulisan harus tajam dan cepat dibaca. Gunakan paragraf dan kalimat-kalimat pendek. Gunakan pula jarak antar-paragraf. Berikan ruang bagi pembaca untuk ambil nafas (pausing for a breath). Sediakan”ruang istirahat mata”.
9. GUNAKAN LINK!
Jangan takutkan link (tautan). Banyak situs memiliki ketakutan paranoid, bahwa jika mereka menyertakan link ke situs lain, pembaca akan pergi dan tidak pernah kembali.
Tidak benar! User lebih suka membuka situs yang mengkompilasi link tautan yang berharga (click-worthy links) —lihat keberhasilan Yahoo!
Jika orang tahu bahwa mereka dapat mempercayai situs Anda, mereka akan datang kembali ke situs Anda.
Pilih link yang meningkatkan nilai cerita dengan membantu pembaca mendapatkan informasi tambahan.
10. INGAT DASAR PENULISAN ALA WARTAWAN!
Jurnalisme online adalah industri baru dan berkembang. Gaya penulisan pun baru dan terus berkembang. Tidak ada aturan, hanya ide. Ambil risiko itu –mencoba hal baru, sesuatu yang berbeda, tapi jangan lupakan dasar-dasar jurnalistik.
Fakta tetap harus dicek secara cermat, cek ulang. Tulisan masih tetap harus tajam, hidup, dan lugas (to the point). Cerita harus termasuk konteks dan kode etik harus ditaati. Jangan biarkan ”jebakan kecepatan 24/7” (keharusan menyajikan berita tiap saat, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu) dan perangkat baru jurnalistik membuat Anda lupa dasar-dasar jurnalistik. Kita harus tetap berpegang pada dasar-dasar jurnalistik untuk menghasilkan berita yang dapat percaya (kredibel).*
Media online --yaitu media yang tersaji secara online di internet, utamanya website/blog-- memiliki karakter tersendiri dibandingkan media lainnya. Teknik menulis atau gaya penulisan di media online pun berbeda dengan menulis di media ”konvensional” (media cetak), terutama dalam struktur dan format penulisan.
TEKNIK MENULIS DI MEDIA ONLINE
Berikut ini teknik dan tips menulis di media online (online writing) yang disadur dari “A Dozen Online Writing Tips” by Jonathan Dube di CyberJournalist.net.
1. KENALI AUDIENS ANDA: USER ONLINE
Kenali Pembaca Anda! Menulis di media apa pun, termasuk media online, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan pembaca. Studi menunjukkan, pembaca media online (user) cenderung membaca tulisan di web secara cepat, bahkan sekilas, “terburu-buru”, dan “tidak serius”.
Mereka juga cenderung lebih proaktif dari pembaca media cetak atau pemirsa TV dalam berburu informasi.
Tulisan Anda juga berpotensi memiliki jangkauan global. Jadi, pertimbangkan apakah Anda ingin membuatnya dimengerti user lokal, nasional, atau internasional.
2. CARA YANG BERBEDA
Pikirkan dulu dan cari yang beda. Sebelum Anda mulai melaporkan dan menulis cerita Anda, tanyalah diri Anda: Apa inti tulisan/berita yang akan saya ceritakan?
Lalu, pikirkan cara terbaik untuk menyampaikan cerita itu, apakah melalui audio, video, grafik yang bisa diklik, teks, link, dsb. –atau gabungan semuanya.
3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Reporter media cetak cenderung mencari informasi. Reporter TV mencari emosi pada kamera, ”potongan suara” (sound bites), dan gambar untuk dipadukan dengan kata-kata (narasi).
Jurnalis online harus terus-menerus memikirkan unsur-unsur yang berbeda dan bagaimana mereka saling mengisi dan melengkapi satu sama lain: Carilah kata-kata untuk dipadukan dengan gambar; audio dan video untuk dipadukan dengan kata-kata.
Ingatlah, foto-foto terlihat lebih baik di media online ketika dibidik atau di-crop secara sempit, dan streaming video lebih mudah ditonton dengan latar belakang polos dan zooming minimal.
4. TULISAN "HIDUP" DAN KETAT
Buatlah tulisan yang “hidup” dan ketat. Menulis untuk Web seharusnya merupakan persilangan antara naskah siaran dan tulisan untuk media cetak –lebih ketat dan tajam dari media cetak, tetapi lebih rinci dibandingkan naskah siaran. Tulis dalam kalimat aktif, bukan pasif.
Naskah siaran yang baik menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, kalimat sederhana, dan satu gagasan per kalimat, serta menghindari kalimat panjang.
Menggunakan konsep penulisan demikian dalam menulis secara online, membuat tulisan lebih mudah dipahami dan lebih mengundang perhatian pembaca.
Gaya bertutur (conversational styles) juga disenangi pembaca Web. Khalayak online lebih menerima gaya penulisan yang tidak konvensional.
Pada saat yang sama, jangan lupa bahwa aturan tradisional penulisan juga berlaku di media online.
Sayangnya, kualitas tulisan tidak konsisten di sebagian situs berita online. Tulisan yang kacau, tidak menarik, berbelit-belit, ceroboh, banyak salah ketik, tidak akan dimaafkan. Pembaca tidak akan meneruskan bacaannya dan tidak akan kembali ke Web Anda. Tidak seperti pembaca koran lokal, pembaca online memiliki banyak pilihan dan dengan mudah pindah ke situs lain.
5. JELASKAN
Jelaskan. Menyajikan berita terbaru secepat mungkin itu baik. Kecepatan itu penting di media online, tapi pembaca juga tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, namun juga mengapa hal itu terjadi.
Sajikan berita terbaru, dengan cepat, ringkas, padat, namun tetap “lengkap” sehingga pembaca memahami cerita secara lengkap pula.
6. JANGAN ABAIKAN LEAD!
Jangan lupakan Lead, teras, atau alinea pertama naskah tulisan. Buatlah ringkasan atau inti cerita. Ketika menulis untuk media online, hal sangat mendasar adalah menyampaikan kepada pembaca secara cepat inti cerita dan mengapa mereka harus meneruskan bacaan.
Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan struktur cerita "Model T". Dalam model ini, teras cerita (story’s lead) --garis horizontal dalam huruf T-- merangkum cerita dan, idealnya, mengatakan mengapa cerita itu penting.
Lead tidak perlu mencantumkan ending atau akhir cerita, tapi hanya memberikan alasan untuk terus membaca.
Lalu, sisa cerita --garis vertikal dari huruf T-- dapat membentuk struktut apa saja: penulis dapat bercerita secara naratif; menyajikan anekdot dan diikuti dengan sisa cerita; melompat dari satu ide ke ide yang lain; atau hanya meneruskan cerita dengan model ”piramida terbalik”.
7. RINGKAS TAPI MANIS
Kebanyakan cerita online terlalu panjang/lama untuk audiens Web, dan beberapa pembaca menyelesaikannya.
Menurut Roy Peter Clark, cerita apa pun dapat diceritakan dalam 800 kata -- pedoman yang baik untuk tulisan online.
Tapi jadikan itu sebagai pedoman, bukan aturan. Pembaca akan setia meneruskan bacaannya, meski tulisannya panjang, jika ada alasan menarik untuk itu dan jika isi tulisan itu terus memikat perhatian mereka.
Membuat pembaca men-scroll ke bawah sisa tulisan, umumnya lebih disukai daripada harus meng-klik halaman baru. User berita online melakukan scroll.
Studi yang dilakukan “The Poynter” menunjukkan, sekitar 75 persen teks artikel dibaca secara online --jauh lebih besar ketimbang di-print. Lagi pula, jika naskah itu mereka print dulu baru dibaca, mereka kehilangan kesempatan untuk proaktif berkomentar atau mengklik link artikel terkait.
8. BAGI-BAGI!
Pecah, bagi-bagi! Blok teks yang lebih besar membuat membaca di layar jadi sulit dan Anda lebih mungkin untuk kehilangan pembaca. Menggunakan subjudul dan pointer (bullets/numbering) untuk memisahkan teks dan ide-ide sangat membantu.
Tulisan harus tajam dan cepat dibaca. Gunakan paragraf dan kalimat-kalimat pendek. Gunakan pula jarak antar-paragraf. Berikan ruang bagi pembaca untuk ambil nafas (pausing for a breath). Sediakan”ruang istirahat mata”.
9. GUNAKAN LINK!
Jangan takutkan link (tautan). Banyak situs memiliki ketakutan paranoid, bahwa jika mereka menyertakan link ke situs lain, pembaca akan pergi dan tidak pernah kembali.
Tidak benar! User lebih suka membuka situs yang mengkompilasi link tautan yang berharga (click-worthy links) —lihat keberhasilan Yahoo!
Jika orang tahu bahwa mereka dapat mempercayai situs Anda, mereka akan datang kembali ke situs Anda.
Pilih link yang meningkatkan nilai cerita dengan membantu pembaca mendapatkan informasi tambahan.
10. INGAT DASAR PENULISAN ALA WARTAWAN!
Jurnalisme online adalah industri baru dan berkembang. Gaya penulisan pun baru dan terus berkembang. Tidak ada aturan, hanya ide. Ambil risiko itu –mencoba hal baru, sesuatu yang berbeda, tapi jangan lupakan dasar-dasar jurnalistik.
Fakta tetap harus dicek secara cermat, cek ulang. Tulisan masih tetap harus tajam, hidup, dan lugas (to the point). Cerita harus termasuk konteks dan kode etik harus ditaati. Jangan biarkan ”jebakan kecepatan 24/7” (keharusan menyajikan berita tiap saat, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu) dan perangkat baru jurnalistik membuat Anda lupa dasar-dasar jurnalistik. Kita harus tetap berpegang pada dasar-dasar jurnalistik untuk menghasilkan berita yang dapat percaya (kredibel).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
No comments on Teknik Menulis di Media Online
Post a Comment
No Spam, Please!