Lebaran Tanpa THR
Romeltea | Follow @romel_tea
Pekerja informal dan freelancer seperti saya, tentu tidak seberuntung pegawai dan ASN yang dapat Tunjangan Hari Raya (THR) tiap lebaran atau Idul Fitri.
Beruntunglah yang dapat THR karena punya dana khusus atau bajet buat lebaran --beli baju baru, sepatu dan sandal baru, dan kebutuhan lebaran lainnya.
Saya terakhir kali merasakan THR tahun 2012. Saat itu masih jadi penyiar radio. Meski berstatus "honorer" --sebagaimana umumnya penyiar sebagai tenaga kontrak, tiap menjelang lebaran owner radio bagi-bagi THR dan bingkisan lebaran.
Lebaran tahun ini (2022) adalah tahun ke-10 saya lebaran tanpa THR. Tidak masalah. Paling hanya bisa berharap pendapatan AdSense naik. Amin!
Saya memilih jalan hidup sebagai full time blogger sejak 2012. Sesekali ada "order" pelatihan --jadi trainer atau pembicara di pelatihan atau workshop. Sebelum pandemi corona, pelatihan berlangsung reguler, sebulan ada 1-2 kali.
Saat pandemi, sepi! Otomatis, AdSense jadi andalan, plus content placemen atau sponsored post. Celakanya, blogging down! Ada ungkapan blogging is dead. Tapi saya bertahan.
Konsistensi, insya Allah, membuahkan hasil. Toh, blog atau website pribadi masih eksis dan banyak dikunjungi pengguna internet.*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
No comments on Lebaran Tanpa THR
Post a Comment
No Spam, Please!